Desa Pagergunung pada awal mulanya berupa hutan belantara yang sangat angker. Pada suatu ketika datanglah seorang Pertapa sakti yang arif dan bijaksana yang bernama Eyang Gunung dan Isterinya yang berasal dari Kerajaan Mataram, beliau merupakan kesatria yang sakti madraguna cucu dari Baginda Raja Mataram Panembahan Senopati. Eyang Gunungdatang ke Lereng Merbabu karena adanya suatu peristiwa pada waktu itu yang sering terjadi kerusuhan yang banyak merugikan masyarakat untuk menumpas kejahatan yang semakin merajalela. Kegemaran merantau dan mengembara maupun bertapa serta berguru untuk menambah ilmu dan kesaktian maka setelah berhasil memulihkan keadaan, rakyat dapat hidup layak dan tenang beliau melanjutkan pengembaraannya dan pada suatu ketika sampailah di tempat yang sangat wingit dan terkenal angker dan penuh cadas untuk bertapa. Di tempat pertapaan ini segala hambatan dan rintangan dapat diatasi dan dirubah menjadi suatu tempat yang Relegius, indah aman dan tenteram. Setelah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan banyak warga yang datang untuk berguru kepada Eyang Gunung maka di tempat itu dibangun Padepokan. Dari kondisi alam yang sejuk dan indah dibukit yang berbatu yang subur inilah maka wilayah tersebut diberi nama ”Desa Pagergunung ”.
Suatu hari datang seorang tamu bernama Eyang Udorotiko dan seorang Perempuan dari Kerajaan Surakarta untuk meminta perlindungan kepada Eyang Gunung. Eyang Udorotiko dan seorang Perempuan karena melarikan diri dari kerajaan sebab membawa lari seorang perempuan isteri Raja sehingga dengan sembunyi-sembunyi melarikan diri sampai Desa Pagergunung.
Eyang Udorotiko dan seorang perempuan tersebut akhirnya menjadi suami isteri dan menetap di desa Pagergunung.
Eyang Udorotiko seorang ahli Ketatanegaraan sehingga oleh Eyang Gunung dijadikan seorang Lurah di Desa Pagergunung.
Di Desa Pagergunung inilah terjadi Pemerintahan secara turun temurun sesuai dengan tatacara pemerintahan Kerajaan Mataram.Pasang surut kondisi pemerintahan pada jaman Penjajahan Belanda yang sangat lama dari generasi ke generasi sehingga terjadilah perubahan tata pemerintahan yang telah dicampuri oleh kepentingan kolonial Belanda.
Perjuangan melawan pemerintah Belanda terus berlangsung sampai dengan penjajahan tentara Nipon (Pemerintah Jepang) dan kekalahan tentara Nipon oleh Sekutu pada Perang Dunia ke II. Perjuangan Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 telah sampai pada puncaknya 17 Agustus 1945 Indonesia memproklasmirkan kemerdekaannya, Indonesia Merdeka sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setelah Indonesia Merdeka Pemerintahan ditata kembali dari tingkat pusat sampai desa dan Desa Pagergunung dijadikan menjadi Kelurahan Pagergunung yang dipimpin oleh seorang Lurah.
Pemerintahan di Desa Pagergunung :
No |
Bentuk Pemerintahan |
Kepala Pemerintahan |
Nama Pejabat Pemerintahan |
T a h u n |
1 |
Kelurahan |
Lurah |
Udorotiko |
1845-1960 |
2 |
Kelurahan |
Lurah |
Udo Leksono |
1860-1885 |
3 |
Kelurahan |
Lurah |
Mangku Diprojo |
1885-1917 |
4 |
Kelurahan |
Lurah |
Merto |
1917-1918 |
5 |
Kelurahan |
Lurah |
Suwardi |
1918-1948 |
6 |
Kelurahan |
Lurah |
Somo Atmojo |
1948-1972 |
7 |
Kelurahan/Desa |
Lurah/Kepala Desa |
Soeprapto |
1972-1989 |
8 |
Desa |
Kepala Desa |
Joko santoso |
1989-2007 |
9 |
Desa |
Kepala Desa |
Wahkrodi |
|